Endingnya Gini! Bayangan Yang Menjadi Doa Setiap Malam

Rembulan malam ini menyinari Kota Terlarang yang remuk redam dalam ingatan Lin Wei. Di apartemennya yang minimalis di Shanghai, dia mendapati dirinya menggambar naga dan burung phoenix di atas kanvas dengan insting yang aneh. Tangannya bergerak seolah memiliki memori sendiri, menciptakan adegan yang tak pernah dia alami secara sadar.

Setiap malam, mimpi yang sama menghantuinya: koridor istana yang panjang, aroma dupa cendana yang menusuk, dan tatapan seorang pria yang dulu sangat dicintainya. Kaisar.

Lin Wei, atau mungkin nama itu hanyalah topeng, merasakan deja vu yang kuat setiap kali mengunjungi Museum Shanghai. Artefak dari Dinasti Ming membuatnya sesak napas. Sebuah jepit rambut giok berbentuk kupu-kupu — identik dengan yang dia lihat dalam mimpinya — memicu gelombang ingatan yang menyakitkan.

Dia bukan Lin Wei. Dia adalah Mei Lan, selir kesayangan Kaisar Hongwu.

Dan sang kaisar… dia mengingat namanya: Zhu Yuanzhang. Kekasihnya, suaminya, pembunuhnya.

Ingatan itu datang seperti kilatan petir. Pengkhianatan. Racun di cangkir teh. Tatapan kosong sang kaisar saat dia meregang nyawa. Alasan? Pengaruhnya yang terlalu besar. Ambisinya yang dianggap ancaman.

Di kehidupannya yang sekarang, Lin Wei adalah seorang arsitek sukses. Klien terpentingnya adalah keluarga Zhu, pewaris kekayaan dan kekuasaan. Putra bungsu keluarga itu, Zhu Yi, memiliki senyum yang menyakitkan mirip dengan kaisar yang dia kenal dulu.

Zhu Yi jatuh cinta padanya. Lin Wei, yang dihantui bayangan Mei Lan, melihat sebuah peluang. Dia menerima lamarannya, bukan karena cinta, tetapi karena takdir. Dia akan merancang kompleks perumahan mewah untuk keluarga Zhu. Proyek ini akan menjadi mahakaryanya.

Namun, dia akan menambahkan satu detail kecil: fondasi yang rapuh. Desain yang secara diam-diam rentan terhadap gempa. BALAS DENDAM YANG HALUS. Bukan darah, bukan kematian, tetapi kehancuran kekayaan dan reputasi. Penghancuran yang akan terasa lebih menyakitkan daripada pisau belati.

Saat upacara peletakan batu pertama, Lin Wei berdiri di samping Zhu Yi, memandang matahari terbenam yang membakar langit. Senyum tipis tersungging di bibirnya. Dia tahu, jauh di lubuk hatinya, bahwa karma membutuhkan waktu yang lama untuk menagih utangnya.

"Semua ini, Mei Lan… ini akan menjadi pusaramu." bisiknya, nyaris tak terdengar.

Dia menggenggam tangannya, merasakan kehangatan Zhu Yi. Dan di matanya, dia melihat kilasan, mungkin hanya imajinasinya, kengerian dan pengakuan.

Ketika gempa bumi melanda Shanghai lima tahun kemudian, kompleks perumahan mewah keluarga Zhu runtuh menjadi debu.

Lin Wei menghilang.

Di sebuah desa terpencil di pegunungan Yunnan, seorang wanita tua bernama Mei Lan merawat kebun tehnya, matanya menyimpan rahasia yang hanya diketahui oleh angin. Dia tahu bahwa keadilan sejati tidak pernah bisa sepenuhnya terpuaskan.

Mungkin di kehidupan selanjutnya… mungkin seribu tahun lagi… mereka akan bertemu lagi, dan kisah ini akan berlanjut.

You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Kosmetik

Post a Comment