Senja di tepi Danau Barat membias keemasan. Aroma gui hua menguar lembut, menyelimuti kafe modern tempat aku duduk. Jari-jariku menari di atas tablet, memeriksa notifikasi. Lagi. Dia online. "Lihat terakhir hari ini pukul 17.32."
Lian Jun, nama akunnya. Profilnya kosong. Tapi setiap malam, di jam yang sama, dia online. Dan setiap malam, dia tak pernah menyapaku.
Ada sesuatu yang aneh. Rasa familiar yang menusuk kalbuku setiap kali melihat namanya. Seperti mendengar melodi lama yang terlupa, atau melihat wajah yang sayangnya tidak bisa kuingat.
Malam itu, aku bermimpi. Sebuah taman lotus yang megah, istana berkilauan di kejauhan. Lalu, pengkhianatan. Seorang pria berkhianat, tersenyum dingin, saat pisau peraknya menembus dadaku. Sakitnya begitu nyata, hingga aku terbangun dengan napas tersengal.
Semakin sering aku bermimpi, semakin jelas gambaran itu. Istana itu, taman lotus itu… itu semua adalah Paviliun Zamrud di era Dinasti Tang. Dan pria itu… Chen Wei.
Chen Wei, pangeran yang kupercaya, yang ku cintai. Ia berjanji akan menobatkanku menjadi permaisurinya, tapi malah menghabisi nyawaku karena ambisi politiknya. Akulah Ling Mei, penari istana yang jatuh cinta pada pengkhianat.
Di kehidupan ini, aku adalah Lin Mei, seorang desainer grafis. Dia, Lian Jun, yang diam-diam mengawasiku, mungkin adalah reinkarnasi Chen Wei. Apakah dia mengingatnya? Apakah dia merasa bersalah?
Aku memutuskan untuk bertemu dengannya. Melalui seorang teman, aku berhasil mendapatkan nomor teleponnya. Debar jantungku tak terkendali saat menekan tombol panggil.
"Halo?" Suaranya berat, familiar.
"Lian Jun?" Aku mencoba tenang. "Ini Lin Mei. Kita perlu bicara."
Pertemuanku dengannya dingin. Matanya menatapku dengan intens, tapi tanpa emosi. Dia mengaku tidak mengingat apa pun tentang kehidupan lampau. Dia hanya merasa… tertarik padaku, tanpa tahu mengapa.
Dia bekerja sebagai pengacara. Seorang pengacara yang sangat ambisius, persis seperti Chen Wei dulu. Kesempatan emas muncul. Proyek besar yang bisa melambungkan kariernya. Tapi proyek itu melibatkan perusahaan yang korup, perusahaan yang merugikan banyak orang.
Aku memiliki bukti kecurangan perusahaan itu. Bukti yang bisa menghancurkan kariernya. Aku bisa menyerahkannya pada pihak berwajib. Atau… aku bisa diam.
Inilah balas dendamku. Bukan dengan pedang, bukan dengan racun. Tapi dengan sebuah keputusan. Aku menyerahkan bukti itu.
Aku melihat kekecewaan di matanya saat dia tahu. Kekacauan yang sempurna! Kariernya hancur, reputasinya tercemar. Dia kehilangan segalanya.
"Kenapa?" tanyanya lirih.
Aku tersenyum. Senyum dingin seperti salju di musim dingin. "Karena takdir selalu punya cara untuk membayar hutang."
Aku berbalik, meninggalkannya sendirian di tengah kehancurannya. Di layar tabletku, aku memblokir akunnya.
Aku akan menunggumu, Chen Wei. Di kehidupan selanjutnya… mungkin kita akan bertemu lagi.
You Might Also Like: Peluang Bisnis Skincare Bimbingan_21
Post a Comment