Cinta yang Menunggu Seribu Tahun Lagi
Rintik hujan musim semi membasahi pelataran kuil tua. Bai Lian, seorang mahasiswi jurusan sastra, menatap kolam teratai di hadapannya. Aroma lumpur dan kembang sepatu, aroma yang familiar namun terasa asing, menusuk ingatannya. Dia sering datang ke kuil ini, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menariknya.
"Kau sering melamun di sini, Bai Lian." Suara lembut menyapanya. Itu adalah Profesor Li, dosen pembimbingnya, seorang pria berwajah teduh yang selalu menyimpan sejuta misteri di balik senyumnya.
"Profesor," sahut Bai Lian, sedikit terkejut. "Saya... merasa seperti pernah berada di sini sebelumnya. Bahkan, merasa pernah hidup di sini."
Profesor Li tersenyum. "Mungkin itu hanya imajinasimu. Atau... mungkin bukan."
Sejak hari itu, penglihatan-penglihatan aneh mulai menghantuinya. Istana megah, pertempuran berdarah, dan seorang pria berwajah dingin yang memegang pedang berlumuran darah. Pria itu... entah mengapa, membuat hatinya sakit.
Suatu malam, dalam mimpinya, wajah pria itu terlihat jelas. Dia adalah Jenderal Zhao, seorang pahlawan perang yang mengkhianati kekaisaran. Dan Bai Lian... dulu adalah Putri Qing, tunangannya. Dia mengkhianatinya demi kekuasaan dan membunuh ayahnya, sang Kaisar.
Kebencian yang terkubur selama seribu tahun bangkit kembali.
Di dunia nyata, Profesor Li memberinya sebuah gulungan kuno. Di dalamnya tertulis kisah Putri Qing dan Jenderal Zhao, dengan detail yang sangat akurat. Di akhir gulungan, tertera sebuah ramalan: "Sang putri akan kembali, dan takdir sang jenderal akan tertulis ulang."
Bai Lian tahu apa yang harus dilakukannya.
Beberapa minggu kemudian, Profesor Li mengumumkan pengunduran dirinya. Dia menerima tawaran mengajar di luar negeri, di sebuah universitas ternama. Bai Lian memberinya ucapan selamat, dengan senyum yang tulus namun menyimpan kepahitan.
"Selamat, Profesor," ucapnya. "Saya harap anda bahagia di kehidupan baru anda."
Profesor Li, yang dulu adalah Jenderal Zhao, menatap Bai Lian dengan tatapan yang penuh dengan penyesalan dan ketakutan. Dia tahu. Dia ingat.
Bai Lian tidak membalas dendam dengan pedang atau racun. Dia hanya menggunakan satu kata: TIDAK. Dia menolak cintanya. Dia menolak kesempatannya untuk penebusan dosa. Dia membiarkan Jenderal Zhao yang kini menjadi Profesor Li, hidup dengan beban penyesalan abadi.
Karena, hukuman terberat adalah HIDUP dengan mengetahui bahwa cinta yang tulus telah kau hancurkan sendiri.
Di bawah pohon sakura yang berguguran, Bai Lian berbisik, "Seribu tahun lagi, mungkin, kita akan bertemu lagi... dan kali ini, takdir akan berbeda."
You Might Also Like: Jualan Kosmetik Modal Kecil Untung
Post a Comment