Harus Baca! Kaisar Itu Menangis, Tapi Air Matanya Bukan Untuk Rakyat.

Kaisar itu Menangis, Tapi Air Matanya Bukan Untuk Rakyat

(Babak I: Gerbang Bayangan)

Dunia terbagi dua: dunia manusia yang dilumuri debu dan kerja keras, dan dunia roh, alam mimpi yang berkilauan. Di dunia manusia, Kaisar Xuan Wu, penguasa yang berwajah dingin, memerintah dengan tangan besi. Rakyat berbisik tentang kekejamannya, tentang pajak yang mencekik, tentang senyumnya yang tak pernah sampai ke mata. Namun, malam ini, di Balairung Emas yang sunyi, ia menangis. Air matanya jatuh ke lantai marmer, tapi pantulannya di sana berbeda, aneh. Pantulan itu bukan wajah Kaisar Xuan Wu, melainkan wajah seorang pria muda yang tampak asing, penuh luka dan kebingungan.

Lentera-lentera air berayun pelan di Danau Bulan, di dunia roh. Cahayanya menari di permukaan, menciptakan ilusi wajah-wajah yang berbisik. Di antara gemerlap itu, Yi Mei, seorang gadis roh dengan rambut seputih salju, berjalan dengan hati gelisah. Bulan, saksi bisu segala rahasia, seperti mengingat sesuatu, seperti menyebut sebuah nama yang terlupakan: Lin… Lin Wei…?

Yi Mei tersentak. Nama itu bagaikan pecahan kaca yang menusuk ingatannya. Bayangan-bayangan di sekelilingnya mulai bergerak, berbicara dengan suara yang serak dan kuno. "Lin Wei… dia yang mati. Dia yang dilahirkan kembali…"

(Babak II: Jejak Debu dan Mimpi)

Lin Wei, atau begitulah ia ingat dirinya di kehidupan lampau, mati dalam sebuah kecelakaan tragis di dunia modern. Ia adalah seorang mahasiswa seni yang sederhana, yang mencintai keindahan dan kebenaran. Kini, ia terperangkap dalam tubuh Kaisar Xuan Wu, seorang penguasa tirani. Ia berusaha memahami, berusaha mencari celah dalam ingatan sang kaisar, menemukan alasan di balik air mata itu.

Di dunia roh, Yi Mei menemukan sebuah gulungan kuno yang tersembunyi di Perpustakaan Roh. Di sana tertulis legenda tentang perpindahan jiwa, tentang takdir yang bisa diubah, tentang cinta yang melampaui kematian. Gulungan itu menyebutkan tentang seorang Kaisar yang ditakdirkan untuk membawa kedamaian, namun dirasuki oleh roh jahat yang haus kekuasaan.

Lin Wei mulai mengubah dunia. Ia menghapuskan pajak yang memberatkan, meringankan hukuman, dan membuka sekolah-sekolah untuk semua kalangan. Rakyat mulai melihat sisi lain dari Kaisar Xuan Wu, sisi yang lembut, bijaksana, dan penuh kepedulian. Tapi, roh jahat itu tidak tinggal diam. Ia berbisik di telinga Lin Wei, membangkitkan amarah, mengingatkannya tentang kekuasaan dan keunggulan.

(Babak III: Cermin yang Retak)

Yi Mei menyeberangi Gerbang Bayangan, memasuki dunia manusia dengan wujud seorang penari istana. Ia mencari Lin Wei, berusaha mengingatkannya tentang jati dirinya, tentang cinta yang pernah mereka rasakan di kehidupan lampau. Namun, roh jahat itu terlalu kuat. Ia memanipulasi ingatan Lin Wei, membuatnya percaya bahwa Yi Mei adalah pengkhianat, musuh yang harus dilenyapkan.

Di sebuah malam yang PENUH DARAH, di bawah cahaya bulan yang pucat, Lin Wei memerintahkan agar Yi Mei ditangkap dan dieksekusi. Yi Mei berdiri tegak, menatap Lin Wei dengan air mata yang membasahi pipinya. "Apakah kau benar-benar lupa, Lin Wei? Apakah kau lupa tentang janji kita di bawah pohon sakura?"

Saat Yi Mei hendak dijatuhi hukuman mati, sebuah suara bergema di seluruh istana. "BERHENTI!" Kaisar Xuan Wu, roh jahat yang selama ini bersembunyi di balik topeng manusia, akhirnya muncul. Ia mengungkapkan bahwa ia-lah yang membunuh Lin Wei di kehidupan lampau, dan ia-lah yang merencanakan semua ini untuk mendapatkan kekuasaan abadi.

Terungkaplah bahwa Kaisar Xuan Wu tidak pernah mencintai rakyatnya. Air matanya hanyalah air mata buaya, alat untuk memanipulasi dan mengendalikan. Ia mencintai kekuasaan, dan ia akan melakukan apa saja untuk mempertahankannya.

(Epilog: Pertanyaan yang Menggantung)

Pertarungan sengit terjadi antara Lin Wei dan Kaisar Xuan Wu. Dengan bantuan Yi Mei, Lin Wei akhirnya berhasil mengalahkan roh jahat itu. Kaisar Xuan Wu jatuh, dan Lin Wei, yang kini telah sepenuhnya menjadi dirinya sendiri, memerintah dengan adil dan bijaksana. Namun, di saat-saat terakhirnya, Kaisar Xuan Wu berbisik, "Siapakah yang benar-benar mencintai? Dan siapakah yang hanya boneka takdir?"

Kemudian, tubuhnya berubah menjadi debu, terbawa angin, meninggalkan pertanyaan yang membayangi: Apakah Yi Mei mencintai Lin Wei, atau hanya takdir Lin Wei sebagai Kaisar yang dicintainya? Apakah takdir itu sendiri mencintai, atau hanya mempermainkan?

Lalu, malam itu, bulan terbelah dua.

You Might Also Like: Play Games On Real Money Casino Android

Post a Comment