Drama Seru: Aku Jatuh Cinta Pada Dirimu Yang Dulu, Tapi Kau Bukan Orang Itu Lagi

Senja di Sungai Yangzi

Embun pagi merayapi kelopak lotus, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Sama dinginnya dengan tatapan Xiao Lan (小兰) padaku. Dulu, matanya adalah lautan teduh tempat aku berlabuh, kini hanya gurun pasir yang menyimpan badai. Aku, Lin Wei (林微), mencintainya. Atau lebih tepatnya, aku mencintai bayangannya.

Lima tahun lalu, Xiao Lan adalah seorang pemuda dengan senyum mentari dan hati seluas langit. Kami bertemu di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran, janji setia terucap diiringi desau angin. Kemudian, kecelakaan itu merenggut segalanya. Xiao Lan selamat, tapi ingatannya lenyap. Keluarga Xiao yang kaya raya menciptakan Xiao Lan yang baru: seorang pengusaha dingin, ambisius, dan kejam. Seorang pria yang tidak kukenal.

"Lin Wei," desis Xiao Lan suatu malam, suaranya sedingin es. Kami berada di balkon penthouse-nya, memandang gemerlap kota Shanghai. "Kenapa kau masih di sini? Aku bukan lagi Xiao Lan yang kau cintai."

Kata-katanya adalah pisau yang menghunus jantungku. Aku tahu, ia tidak mengingatku. Namun, instingku berteriak bahwa kebenaran yang ia yakini adalah kebohongan yang dirancang dengan apik. Aku memutuskan untuk tinggal, menggali masa lalu yang terkubur dalam amnesia-nya.

Hari-hari berlalu seperti mimpi buruk. Aku menemukan fragmen-fragmen kebenaran: sebuah kalung dengan ukiran nama kami, foto-foto lama yang disembunyikan di loteng, dan saksi mata yang berbisik tentang manipulasi keji keluarga Xiao. Semakin dalam aku menggali, semakin aku menyadari betapa jahatnya mereka. Mereka bukan hanya menghapus ingatannya, tapi juga kepribadiannya.

Konflik mencapai puncaknya saat ulang tahun Xiao Lan. Aku menyelinap ke ruang kerjanya, menemukan sebuah surat wasiat yang telah ditandatangani sebelum kecelakaan. Isinya: semua harta warisan akan diserahkan padaku, jika ia meninggal. Keluarga Xiao pasti menyembunyikannya, dan mungkin… mereka sengaja mencelakakannya.

Malam itu, di tengah pesta mewah, aku membongkar semuanya. Aku menunjukkan surat wasiat itu, membacakan kesaksian para saksi mata, dan mengungkap kebohongan keluarga Xiao di depan ratusan tamu. Xiao Lan terhuyung mundur, tatapannya kosong.

"Tidak mungkin… semua ini… tidak mungkin!"

Aku menatapnya, air mata mengalir di pipiku. "Kau pantas tahu kebenaran, Xiao Lan. Mereka telah mencuri hidupmu."

Xiao Lan akhirnya ingat. Ingatan tentang cinta kami, tentang janji di bawah pohon sakura, tentang pengkhianatan keluarganya. Amarah membara di matanya, tapi ada juga kesedihan yang mendalam. Ia berbalik, menghadapi keluarganya.

Balas dendamnya tidak berteriak, tidak berdarah. Ia hanya tersenyum. Sebuah senyum yang menyimpan perpisahan. Ia menyerahkan semua bukti ke polisi, membubarkan bisnis keluarganya, dan melepaskan semua ikatan.

Aku menunggunya. Aku berharap ia akan kembali menjadi Xiao Lan yang dulu. Tapi ia tidak pernah kembali. Ia menghilang, pergi mencari dirinya sendiri di tempat yang jauh.

Suatu hari, aku menerima sebuah surat dari tempat yang tidak kukenal. Di dalamnya hanya ada satu baris kalimat:

"Apakah mungkin, kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya, sebagai orang asing?"

You Might Also Like: Tafsir Dicakar Nyamuk Dalam Tafsir Islam

Post a Comment