Ia Mencariku di Langit, Padahal Aku di Dadanya Sendiri
Sinyal Wi-Fi berkedip, seolah memberikan kode Morse putus asa. Di apartemen remang-remang yang menghadap reruntuhan kota masa depan, Anya mengetik pesan. Jari-jarinya menari di atas layar hologram, menciptakan kata-kata yang terasa seperti debu bintang.
Sedang mengetik...
Lalu, hilang. Lagi.
Anya menghela napas. Udara terasa berat, seperti janji yang tak ditepati. Ia mencari Kai di langit. Benar-benar di langit. Dengan teleskop tua yang ia temukan di pasar loak digital, Anya mengamati konstelasi yang bergeser, pola nebula yang berubah, berharap melihat tanda, apapun.
"Kai, di mana kau? Sinyalmu selalu putus-putus seperti hatiku," bisiknya pada hamparan kegelapan yang entah berbatas entah tidak.
Sementara itu, di dunia yang membeku dalam sepia, Kai menatap foto Anya. Foto polaroid yang sudah menguning, diambil di sebuah taman yang sekarang hanya menjadi legenda. Di dunia Kai, matahari enggan terbit. Langit selalu senja, seperti perasaan yang selalu menggantung di hatinya.
Kai menghidupkan gramofon usang. Musik jazz yang mendayu menusuk keheningan. Ia menulis surat, tinta menari di atas kertas buram. Surat untuk Anya. Surat yang tak akan pernah sampai.
"Anya, cintaku, maafkan aku. Aku terjebak di sini, di antara kenangan yang memudar dan janji yang tak bisa kutepati. Aku MENCARIMU di setiap wajah, di setiap senyum, tapi kau...kau seperti mimpi yang terus berulang," gumamnya.
Mereka hidup di dimensi yang berbeda. Anya di masa depan yang dingin, Kai di masa lalu yang sentimental. Anya mencari Kai di antara bintang-bintang. Kai mencari Anya di balik senyum orang asing. Keduanya terjebak dalam labirin waktu, terikat oleh cinta yang terasa seperti...gema.
Suatu malam, Anya menemukan artefak. Sebuah glitch dalam matriks realitas. Sebuah pesan suara yang terfragmentasi.
"...Anya...aku...di...hatimu..."
Anya terdiam. Ia meletakkan tangan di dadanya. Debar jantungnya terasa aneh. Seperti ada dua detak. Satu miliknya, satu lagi... Kai?
Pada saat yang sama, Kai merasakan sengatan aneh di dadanya. Seperti ada tangan yang menggenggam jantungnya. Ia menunduk dan melihat... sebuah cahaya. Cahaya dari masa depan.
RAHASIA itu akhirnya terungkap. Anya dan Kai bukan hanya terpisah oleh waktu dan dimensi. Mereka adalah dua fragmen dari satu jiwa. Jiwa yang pecah karena tragedi masa lalu yang mengerikan, terlempar ke masa yang berbeda untuk mencari satu sama lain, untuk menyatukan kembali diri mereka yang hilang. Cinta mereka bukan cinta baru. Itu adalah gema dari kehidupan yang tak pernah selesai, sebuah lingkaran yang tak bisa dipatahkan.
Anya dan Kai adalah satu. Selalu begitu. Mereka mencari satu sama lain di luar diri mereka sendiri, padahal jawaban itu ada di DALAM.
Saat langit akhirnya runtuh, dan bintang-bintang berjatuhan seperti air mata, Anya mendengar suara Kai di benaknya, jernih dan penuh kepasrahan.
"Ingat aku, Sayang. Sampai jumpa di antara bintang-bintang yang sudah mati..."
You Might Also Like: Drama Seru Kau Mencintaiku Di Kehidupan
Post a Comment