Tangisan di Balik Mahkota yang Retak
Alunan guqin melantun lirih di tengah malam yang sunyi. Cahaya rembulan menari-nari di atas danau teratai, serupa air mata yang mengalir pelan di pipi Putri Lian, sang pewaris takhta yang kini terasing di paviliun terpencil. Dulu, istana adalah panggung kemegahannya. Sekarang, hanyalah penjara emas baginya.
Tiga tahun lalu, Putri Lian adalah tunangan Pangeran Rui, sosok pahlawan perang yang dielu-elukan seluruh negeri. Cinta mereka adalah kisah yang diukir di setiap sudut istana. Namun, badai menerjang tanpa ampun. Sebuah konspirasi keji mengungkap bahwa Pangeran Rui diam-diam menjalin hubungan dengan Selir Mei, wanita tercantik di seluruh kekaisaran. Lebih parah lagi, Selir Mei mengandung anak Pangeran Rui.
Putri Lian remuk redam. Pengkhianatan ini seperti belati beracun yang menusuk jantungnya. Ia berhak marah, berhak menuntut keadilan. Tapi, ia memilih diam. Bukan karena lemah, bukan pula karena tak punya daya. Ia memilih diam karena menyimpan sebuah rahasia. Sebuah rahasia yang TERLALU BESAR untuk diungkapkan.
Setiap malam, ia selalu bermimpi buruk tentang malam itu. Malam saat ia tak sengaja mendengar percakapan antara Pangeran Rui dan Selir Mei. Mereka merencanakan sesuatu. Sesuatu yang berkaitan dengan tahta. Sesuatu yang melibatkan racun dan penghianatan tingkat tinggi. Putri Lian tahu, mengungkap rahasia ini akan memicu perang saudara, menghancurkan kekaisaran yang dicintainya.
Lalu, apa yang bisa ia lakukan? Balas dendam? Tidak. Ia bukan wanita pendendam. Ia hanya ingin melindungi kerajaannya. Ia hanya ingin memastikan bahwa takhta jatuh ke tangan yang tepat. Maka, ia memilih jalan sunyi. Jalan yang penuh pengorbanan.
Namun, ada satu hal yang mengganjal di hatinya. Sebuah lukisan teratai berwarna hitam legam yang tiba-tiba muncul di kamarnya setelah kejadian itu. Siapa yang menaruhnya di sana? Apa maknanya? Awalnya, ia mengabaikannya. Tapi, semakin lama, lukisan itu seakan memancarkan aura misterius yang menarik perhatiannya.
Suatu malam, saat ia meneliti lukisan itu di bawah cahaya rembulan, ia menemukan sebuah tulisan kecil tersembunyi di balik bingkai. Tulisan itu berisi sebuah nama: Jenderal Zhao.
Jenderal Zhao! Salah satu jenderal terpercaya di istana. Tapi, mengapa namanya tertera di lukisan itu? Apa hubungannya dengan pengkhianatan Pangeran Rui dan Selir Mei?
Perlahan, potongan-potongan teka-teki mulai tersusun. Putri Lian menyadari bahwa pengkhianatan ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan. Pangeran Rui dan Selir Mei hanyalah pion dalam permainan yang lebih besar. Jenderal Zhao adalah dalangnya. Ia ingin merebut takhta dengan cara yang licik dan kejam.
Putri Lian tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mengirimkan surat rahasia kepada Kaisar, ayahnya. Ia mengungkapkan segalanya. Pengkhianatan Pangeran Rui, rencana Jenderal Zhao, dan rahasia yang selama ini ia simpan.
Kaisar murka! Jenderal Zhao ditangkap dan diadili. Pangeran Rui dan Selir Mei dihukum sesuai dengan kejahatan mereka. Putri Lian, meski terluka, tetap tegar. Ia telah melakukan apa yang harus ia lakukan. Ia telah melindungi kerajaannya.
Namun, takdir memiliki rencana lain. Setelah kematian Kaisar, secara mengejutkan, wasiat menunjuk Putri Lian sebagai pewaris takhta! Bukan Pangeran Rui, bukan pula kerabat laki-laki lainnya. Putri Lian, sang putri yang dikhianati, sang wanita yang memilih diam, kini menjadi Ratu!
Balas dendam tanpa kekerasan telah terwujud. Takdir berbalik arah. Pahit namun indah.
Saat ia duduk di singgasana, mengenakan mahkota yang terasa begitu berat di kepalanya, ia teringat lukisan teratai hitam itu. Ia teringat Jenderal Zhao yang kini meringkuk di penjara. Ia teringat Pangeran Rui yang menyesali perbuatannya. Dan, ia teringat Selir Mei yang kini hidup dalam pengasingan.
Ia menghela napas panjang. Ia telah memenangkan pertempuran ini. Tapi, perang sesungguhnya...baru saja dimulai.
You Might Also Like: Cerita Seru Bayangan Yang Mengintai Di
Post a Comment